GAYA
MENGAJAR INKLUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI: Sebuah Analisis
PENDAHULUAN
Dalam intensifikasi penyelenggaraan
pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur
hidup, peranan pendidikan jasmani (penjas) yang sangat penting yakni memberikan
kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar
untuk membina sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat.
Menurut
Depdiknas (2003:4), proses pembelajaran pendidikan jasmani dalam jangka waktu
tertentu siswa akan mampu;
1.
Mempertahankan dan meningkatkan tingkat
kebugaran jasmani yang baik, serta mampu mendesain program latihan kebugaran
yang aman sesuai dengan kaidah latihan.
2.
Menunjukkan kompetensi dalam melakukan
gerak yang efisien.
3.
Mendemonstrasikan gaya hidup aktif dan
gemar melakukan kegiatan jasmani.
4.
Berpartisipasi dalam kegiatan olahraga.
Kualitas
pembelajaran yang berorientasi pada kemampuan motorik Dalam proses pembelajaran
gerak, selain aspek gerak (psikomotor), aspek pengetahuan (kognitif) dan sikap
(afektif) siswa merupakan dua aspek yang boleh dilupakan oleh guru penjasorkes.
Melalui suatu gerakan siswa dituntun untuk mengetahui cara melakukan gerakan
tersebut, mengetahui kebermanfaatan gerakan tersebut dan jua mampu menunjukkan
perilaku-perilaku positif selama pembelajaran (kerjasama, disiplin, mau berbagi
tempat dan alat, jujur dan lainnya) yang diharapkan mampu jua diwujudkan siswa
dalam kehidupannya sehari-hari. Jadi belajar melalui gerak lebih menekankan
pada keterpaduan aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan gerak
(psikomotor).
Di sisi
lain, kelemahan dan hambatan dalam implementasi kurikulum bersumber pada
persepsi yang berbeda diantara komponen-komponen pelaksana, serta kurangnya
kemampuan dalam menerjemahkan kurikulum ke dalam bentuk operasional
pembelajaran. Kondisi tersebut, antara lain disebabkan karena pengangkatan
pelaksana pendidikan bukan berdasarkan keahlian untuk mengemban tugas. Ruang
Lingkup Olahraga menurut Pasal 17 UU No. 3 SKN meliputi domain: olahraga
pendidikan, olahraga rekreasi dan olahraga prestasi. Kompleksitas permasalahan
keolahragaan masih ditambah dengan pandangan negatif pada sebagian pihak
termasuk dari institusi pendidikan. Misalnya, mata pelajaran Pendidikan Jasmani
dan Olahraga belum dapat memposisikan dirinya pada tempat yang terhormat,
bahkan masih sering dilecehkan dan dianggap tidak penting apalagi pada
masa-masa menjelang ujian akhir, mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga
dihapuskan dengan alasan agar para siswa dalam belajarnya untuk menghadapi
ujian akhir nasional “tidak terganggu”.
Kesulitan
yang sering dihadapi oleh guru pendidikan jasmani adalah kemauan dalam
memodifikasi alat dan fasilitas olahraga yang masih terbatas, dan lebih
menyedihkan lagi kadang guru pendidikan jasmani mengajar dengan tidak
memperhatikan gaya dalam mengajarnya yang sesuai dengan topik atau materi yang
akan diberikan, bahkan sering kali guru pendidikan jasmani hanya mengawasi
peserta didiknya dari jauh. Atas dasar masalah tersebut di atas, penulis akan
mencoba menganalisis gaya mengajar
inklusi karena melihat prinsip-prinsip dan karakteristik gaya mengajar inklusi,
siswa didorong untuk dapat berpikir rasional dengan menempatkan posisi yang
sesuai dengan kemampuan dari siswa tersebut.
Prinsip
perbedaan individu pada setiap siswa sangat di tekankan pada pembelajaran
dengan gaya inklusi. Dengan dasar itulah, pembelajaran harus dapat memahami
perbedaan-perbedaan yang dialami siswa. Pendidikan yang berupaya memenuhi
kebutuhan anak sesuai dengan kemampuannya. Menurut Mosston seperti dikutip Agus
S. Suryobroto (2001:42), ada beberapa gaya
mengajar yang biasa dilakukan, sebagai berikut:
1.
Gaya A, Gaya Komando,
yaitu guru menentukan irama penampilan.
2.
Gaya B, Gaya Latihan, yaitu siswa diberi waktu untuk
melaksanakan tugas secara perorangan.
3.
Gaya C, Gaya Resiprokal, yaitu siswa diberi umpan balik
yang didesain guru.
4.
Gaya D, Gaya Periksa diri, yaitu siswa mencari umpan
balik sendiri dengan memakai kriteria yang disusun oleh guru.
5.
Gaya E, Gaya Cakupan atau Inklusi, yaitu siswa
diperkenalkan berbagai tingkat tugas dan siswa didorong untuk menentukkan
tingkat penampilannya.
6.
Gaya F, Gaya penemuan
terpimpin, yaitu siswa dibimbing untuk menemukan keterangan yang telah
ditentukan.
7.
Gaya G, Gaya divergen.
8.
Gaya H, Gaya program
individual.
9.
Gaya I, Gaya
yang diprakarsai siswa.
10. Gaya
J, Gaya mengajar sendiri.
PEMBAHASAN
Gaya Mengajar Inklusi
Pada
awalnya pengertian pendidikan inklusi dimaknai sebagai pembelajaran yang
diperuntukan bagi siswa yang berkebutuhan khusus. Pembelajaran ini sangat
memperhatikan perbedaan individu yang dimiliki oleh setiap siswa. Pada tulisan
ini akan dibahas pembelajaran inklusi secara mendalam kaitannya dengan proses
pembelajaran pendidikan jasmani. Ditinjau dari beberapa aspek bagi
Gaya
pembelajaran inklusi adalah suatu gaya
pembelajaran yang digunakan oleh guru, dengan cara menyajikan materi
pembelajaran secara rinci dan menawarkan tingkat-tingkat kesulitan yang berbeda
secara berurutan, yang bertujuan agar siswa kreatif dan mendapatkan kemudahan
dalam mempelajari suatu keterampilan gerak, juga siswa diberi
kebebasan untuk memilih dan menentukan pada tingkat kesulitan mana? untuk
memulai belajar suatu gerakan. Serta diberi kebebasan dan keleluasaan pula
untuk menentukan berapa kali siswa harus mengulangi gerakan, dalam mempelajari
suatu teknik gerakan dalam setiap pertemuan.
Gaya mengajar menurut Mosston seperti yang dikutip Agus S. Suryobroto
(2001:36), adalah pedoman khusus untuk struktur episode belajar atau
pembelajaran. Lebih lanjut dijelaskan bahwa mengajar adalah serangkaian
hubungan yang berkesinambungan antara guru dengan siswa. Menurut Rusli Lutan
(2000:29), pemakaian istilah gaya mengajar (teaching
style) sering diganti dengan istilah
strategi mengajar (teaching strategy) yang pengertiannya dianggap
sama yaitu siasat untuk menggiatkan partisipasi peserta didik untuk melakukan
tugas ajar. Hal ini dikaitkan dengan upaya untuk mengelola lingkungan dan
atmosfer pengajaran untuk tujuan mengoptimalkan jumlah waktu aktif belajar dari
para peserta didik yang dipandang sebagai indikator terpercaya untuk menilai
efektivitas pembelajaran. Lebih lanjut dijelaskan bahwa bila gaya mengajar
tidak direncanakan, maka guru pendidikan jasmani akan mengalami kesulitan dalam
menyampaikan materi.
Pendidikan inklusi merupakan pendidikan yang berupaya memenuhi kebutuhan
anak sesuai dengan kemampuannya. Spektrum gaya mengajar yang dikemukakan
Mosston mempunyai tujuan sebagai berikut:
a.
Mencoba mencapai keserasian antara apa yang diniatkan
dengan apa yang sebenarnya terjadi.
b.
Masalah yang bertentangan tentang metode mengajar.
c.
Mengatasi kecenderungan-kecenderungan pribadi seorang
guru.Mengajar – Belajar – Tujuan, interaksi guru dan siswa mencerminkan
perilaku mengajar dan belajar.
d.
Perilaku guru akan mengarahkan perilaku peserta didik
dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Gaya mengajar inklusi memperkenalkan berbagai tingkat tugas.
Sementara gaya mengajar komando, latihan, resiprokal, periksa diri menunjukkan
suatu standar tunggal dari penampilan, sedangkan gaya inklusi memberikan tugas
yang berbeda-beda dalam tingkatannya. Dalam gaya mengajar inklusi siswa
didorong untuk menentukkan tingkat penampilannya. Tujuan gaya mengajar inklusi
menurut Mosston dalam Agus S. Suryobroto (2001:61) yaitu:
a.
Melibatkan semua siswa.
b.
Penyesuaian terhadap perbedaan individu.
c.
Memberi kesempatan untuk memulai pada tingkat kemampuan
sendiri.
d.
Memberi kesempatan untuk memulai bekerja dengan
tugas-tugas yang ringan ke berat, sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
e.
Belajar melihat hubungan antara kemampuan dan tugas apa
yang dapat dilakukan siswa.
f.
Individualisasi dimungkinkan karena memilih diantara
alternatif tingkat tugas yang telah disediakan.
Karakteristik gaya inklusi
yang dikembangkan Mosston sebagai berikut:
a. Tugas yang disusun sama tetapi derajat kesukarannya berbeda.
b. Peserta didik
menentukan sendiri tingkatnya dalam tugas.
c. Tingkat-tingkat keterampilan bagi semua peserta didik tercakup
Gaya mengajar inklusi dikembangkan berdasar konsep belajar yang berpusat
pada peserta didik dan kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
perorangan serta peserta didik memperoleh kesempatan untuk belajar sesuai
dengan tempo dan kemampuan masing- masing (Rusli Lutan,2000:15). Lebih lanjut dijelaskan
sebagai gambaran langkah pengembangan dan penerapan gaya ini yaitu; 1).
diagnosis pengukuran atau pengetesan dilaksanakan untuk menentukan taraf
pengetahuan atau keterampilan, 2). penetuan paket tugas yaitu setiap peserta
didik memperoleh paket tugas berdasarkan
tingkat pengetahuan dan keterampilan, 3).
pengembangan peserta didik berdasarkan paket tugas hingga berhasil
melaksanakan tugas itu. Penilaian atau tes secara mandiri juga disediakan
sehingga peserta didik dapat mengetahui kemajuannya sendiri, 4). evaluasi yaitu
siswa dievaluasi setelah pembelajaran berakhir, 5). pengukuhan yaitu bila
peserta didik menyelesaikan tugas dengan
baik, selanjutnya guru memberi unsur pengukuh berupa penghargaan atau pujian.
Menurut Rusli Lutan (2000), paket belajar dalam gaya mengajar inklusi
mencakup beberapa aspek yaitu; 1). Klasifikasi tugas ajar yang meliputi
pengetahuan dan keterampilan, 2). Menyediakan paket belajar berupa pengalaman
belajar, 3). Tujuan pengajaran yang memaparkan kepada peserta didik tentang apa
yang dipelajari, dalam kondisi apa dan bagaimana penampilan yang diharapkan (
perubahan perilaku ), 4). Tes diagnosis yang akan dilaksanakan pada tahap awal
untuk menentukkan tingkat pengetahuan dan keterampilan peserta didik, 5).
Kegiatan belajar yang menyediakan beberapa cara bagi peserta didik untuk membelajarkan diri masing-masing, 6).
Tes atau evaluasi diri yang digunakan untuk memantau kemajuan belajar. Tes ini
berguna bagi siswa menentukkan apakah peserta didik tersebut sudah siap untuk mengikuti tes
akhir, 7). Tes akhir adalah instrumen untuk mengecek atau mengukur prestasi
belajar peserta didik
Suatu contoh yang menggambarkan gaya ini dapat dilihat pada penggunaan
tali untuk melompat. Jika tali dibentangkan setinggi satu meter dari tanah dan
setiap peserta didik diminta untuk melompatinya, mungkin semua peserta didik
akan berhasil. Sebagian siswa dapat melompatinya dengan mudah tetapi sebagian
lagi harus mengerahkan kemampuannya untuk melompatinya. Sedangkan jika tali
dibentangkan miring dan para peserta didik diminta melompatinya, maka para
peserta didik akan menyebarkan diri
sepanjang tali pada berbagai ketinggian. Hal ini akan memungkinkan untuk
melibatkan para peserta didik dengan berbagai tingkat kemampuan dan
memungkinkan para peserta didik untuk
memilih di mana dia akan memulai tugasnya.
Namun demikian, tidak ada gaya mengajar yang baku dalam proses
pembelajaran dan tidak ada yang paling baik karena setiap gaya mengajar
mempunyai karakteristik dan tujuan yang berbeda antara satu gaya mengajar
dengan gaya mengajar yang lain. Gaya mengajar sekali waktu ditekankan pada guru
sebagai pusat pembelajaran, dan sekali waktu berpusat pada peserta didik.
Hakikat Pendidikan jasmani
Menurut Rusli Lutan dan Adang Suherman (2000:1), pendidikan jasmani
adalah proses ajar melalui aktivitas jasmani dan sekaligus pula sebagai proses
ajar untuk mengetahui keterampilan jasmani. Sedangkan menurut Abdul Gafur (1983)
yang dikutip oleh Arma Abdoellah dan Agusmanadji (1994: 5), pendidikan jasmani
adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan maupun sebagai
anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui kegiatan
jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan
jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukkan watak.
Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pembelajaran yang didesain
untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik,
pengetahuan dan perilaku hidup aktif dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani
(Depdiknas, 2003:2).Dari berbagai pengertian pendidikan jasmani seperti
tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani adalah bagian yang
tidak terpisahkan dari pendidikan secara keseluruhan yang menitikberatkan pada
aktivitas jasmani yang intensif untuk meningkatkan kebugaran jasmani, perilaku
hidup aktif dan pembentukkan watak.
Pembelajaran
gaya mengajar inklusi.
Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang
menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta
didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan. Guru harus menguasai
prinsip-prinsip pembelajaran, pemilihan dan penggunaan media pembelajaran,
pemilihan dan penggunaan metode mengajar, keterampilan menilai hasi-hasil
belajar peserta didik, serta memilah dan menggunakan strategi atau pendekatan
pembelajaran. Dalam pembelajaran yang efektif dan bermakna, seorang guru harus
membuat langkah-langkah dalam pembelajaran yaitu;
1.
Persiapan mengajar
Tugas guru yang paling utama terkait denga persiapan
mengajar dalam implementasi kurikulum hampir sama dengan tugas dan fungsinya
seperti pada kurikulum sebelumnya, yakni menjabarkan silabus ke dalam persiapan
mengajar yang lebih operasional dan rinci. Persiapan mengajar pada hakikatnya
merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan
tentang apa yang akan dilakukan. Persiapan mengajar merupakan upaya untuk
memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran perlu dilakukan untuk mengkoordinasikan
komponen-komponen pembelajaran berbasis kompetensi, yakni; kompetensi dasar,
materi standar, indikator hasil belajar dan penilaian berbasis kelas.
Kompetensi dasar berfungsi mengembangkan potensi
peserta didik, materi standar berfungsi memberi makna terhadap kompetensi
dasar, indikator hasil belajar berfungsi menujukkan keberhasilan pembentukan
kompetensi pada peserta didik, sedangkan penilaian berbasis kelas kelas
berfungsi mengukur pembentukkan kompetensi dan menentukkan tindakan yang harus
dilakukan apabila kompetensi standar belum terbentuk atau belum tercapai.
Kemampuan membuat persiapan mengajar merupakan langkah awal yang harus dimiliki
oleh guru sebagai muara dari segala pengetahuan teori, keterampilan dasar dan
pemahaman yang mendalam tentang objek belajar dan situasi pembelajaran.
Dalam persiapan mengajar harus jelas kompetensi
dasar yang akan dimiliki oleh peserta didik, apa yang harus dilakukan, apa yang
harus dipelajari, bagaimana mempelajarinya, serta bagaimana guru mengetahui
bahwa peserta didik telah menguasai kompetensi tertentu. Aspek-aspek tersebut
merupakan unsur utama yang secara minimal harus ada dalam setiap persiapan
mengajar sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran dan membentuk
kompetensi peserta didik.
2.
Pemanasan dan Apersepsi
Pemanasan dan apersepsi perlu dilakukan untuk
menjajagi kemampuan dan pengetahuan peserta didik, memotivasi peserta didik
dengan menyajikan materi yang menarik,
dan mendorong peserta didik untuk mengetahui berbagai hal baru. Pemanasan yang
dilakukan harus menarik, menyenangkan, dan mengarah pada materi inti. Pemanasan
dan apersepsi dapat dilakukan dengan memulai pembelajaran dari hal-hal yang
diketahui dan dipahami peserta didik. Selanjutnya memotivasi peserta didik
dengan bahan ajar yang menarik, kemudian gerakkan peserta didik agar tertarik
dan bernafsu untuk mengetahui hal-hal yang baru. Sebelum melakuan tugas gerak
atau olahraga, terlebih dahulu harus melakukan pemanasan. Menurut Rusli Lutan
(2000:21), tujuan utama pemanasan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani yaitu:
1). Menyiapkan peserta didik segera menyesuaikan diri dengan tugas ajar, 2).
Merangsang fungsi organ tubuh agar siap melakukan kerja fisik yang berat, 3).
Meregangkan otot dan tali sendi sehingga
bahaya cedera otot atau sendi dapat dihindari.
3.
Eksplorasi
Tahap eksplorasi merupakan kegiatan pembelajaran
untuk mengenalkan bahan ajar dan mengaitkannya dengan pengetahuan yang telah
dimiliki peserta didik, yaitu dengan memperkenalkan materi standar dan
kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik kemudian mengaitkan materi
standar dan kompetensi dasar yang baru dengan pengetahuan dan kompetensi yang
sudah dimiliki oleh peserta didik, kemudian memilih metode yang paling tepat
dan menggunakannya secara bervariasi untuk dapat diterima dengan baik.
4.
Konsolidasi Pembelajaran
Konsolidasi merupakan kegiatan
pembelajaran untuk mengaktifkan peserta didik dalam pembentukkan kompetensi
dengan mengaitkan kompetensi dengan kehidupan peserta didik. Konsolidasi
pembelajaran dapat dilakukan dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam
menafsirkan dan memahami materi standar dan kompetensi baru, melibatkan peserta
didik secara aktif dalam proses pemecahan masalah ( problem solving) terutama
dalam masalah-masalah aktual, penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan
antara materi standar dan kompetensi baru dengan berbagai aspek kegiatan dan
kehidupan dalam lingkungan masyarakat, kemudian memilih metode yang paling
tepat sehingga materi standar dapat diproses menjadi kompetensi dasar peserta
didik.
Kegiatan inti pembelajaran antara lain
mencakup penyampaian informasi tentang bahan belajar atau materi standar,
membahas materi standar untuk membentuk kompetensi peserta didik. Dalam
pembelajaran, peserta didik dibantu oleh guru sebagai fasilitator dalam melibatkan
diri untuk membentuk kompetensi, serta mengembangkan dan memodifikasi kegiatan
pembelajaran jika perlu.
Pembentukkan kompetensi perlu dilakukan
dengan tenang dan menyenangkan, hal ini tentu saja menuntut kreativitas guru
dalam menciptakan lingkungan yang kondusif. Kegiatan inti pembelajaran
dikatakan efektif bila seluruh peserta didik terlibat secara aktif baik,
mental, fisik, maupun sosialnya. Tugas peserta didik adalah belajar sedangkan
tanggung jawabnya mencakup keterlibatan mereka dalam membina damn mengembangkan
kegiatan belajar yang telah disepakati dan ditetapkan. Prosedur yang ditempuh
dalam pembentukkan kompetensi adalah sebagai berikut: 1). Guru menjelaskan
kompetensi minimal yang harus dicapai peserta didik berdasarkan kompetensi
dasar yang telah dituangkan dalam silabus pembelajaran, 2). Guru menjelaskan
materi standar secara logis dan sistematis.
5.
Penilaian Formatif
Penilaian formatif dapat dilakukan
dengan mengembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran peserta didik,
kemudian menggunakan hasil penilaian tersebut untuk menganalisis kelemahan atau
kekurangan peserta didik dan masalah-masalah yang dihadapi guru dalam
memberikan kemudahan kepada peserta didik.
Evaluasi proses dimaksudkan untuk
menilai kualitas pembelajaran dan pembentukkan kompetensi dasar pada peserta
didik termasuk bagaimana tujuan belajar direalisasikan. Kualitas
pembelajaran dapat dilihat dari segi
proses dan dari segi hasil. Dari segi hasil, pembelajaran dikatakan berhasil
dan berkualitas bila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%)
peserta didik terlibat secara aktif dan menunjukan kegairahan belajar yang
tinggi, semangat belajar yang besar dan rasa percaya pada diri sendiri. Pembelajaran
dengan menggunakan gaya mengajar inklusi yang berisi proses pembelajaran
dimulai dengan fase persiapan untuk mengembangkan kompetensi dasar, indikator
hasil belajar dan materi standar, untuk membuat persiapan mengajar yang efektif
harus berdasarkan pengetahuan terhadap tujuan umum sekolah, tujuan mata
pelajaran, kemampuan, sikap, kebutuhan dan minat peserta didik, isi kurikulum
dan unit-unit pembelajaran yang disediakan dalam bentuk mata pelajaran, serta
teknik-teknik pembelajaran jangka pendek. Dalam pelaksanaan dilakukan dengan
cara menyiapkan satuan dan silabus pembelajaran.
Kualitas pembelajaran atau pembentukkan
kompetensi dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Pembelajaran
atau pembentukkan kompetensi dikatakan berhasil dan berkualitas apabila
seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat
secara aktif baik fisik, mental maupun
sosial dalam rangka proses pembelajaran. Sedangkan dari segi hasil proses
pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku positif pada
diri peserta didik seluruhnya atau sebagian besar (75 %).
KESIMPULAN
Gaya pembelajaran inklusi adalah suatu gaya
pembelajaran yang digunakan oleh guru, dengan cara menyajikan materi
pembelajaran secara rinci dan menawarkan tingkat-tingkat kesulitan yang berbeda
secara berurutan, yang bertujuan agar siswa kreatif dan mendapatkan kemudahan
dalam mempelajari suatu keterampilan gerak, juga siswa diberi kebebasan untuk
memilih dan menentukan pada tingkat kesulitan mana? untuk memulai belajar suatu
gerakan. Serta diberi kebebasan dan keleluasaan pula untuk menentukan berapa
kali siswa harus mengulangi gerakan, dalam mempelajari suatu teknik gerakan
dalam setiap pertemuan. Gaya mengajar inklusi dikembangkan berdasar konsep
belajar yang berpusat pada peserta didik dan kurikulum yang dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan perorangan serta peserta didik memperoleh kesempatan untuk
belajar sesuai dengan tempo dan kemampuan masing- masing. Namun demikian, tidak
ada gaya mengajar yang baku dalam proses pembelajaran dan tidak ada yang paling
baik karena setiap gaya mengajar mempunyai karakteristik dan tujuan yang
berbeda antara satu gaya mengajar dengan gaya mengajar yang lain. Gaya mengajar
sekali waktu ditekankan pada guru sebagai pusat pembelajaran, dan sekali waktu
berpusat pada peserta didik.
mantap brooo..
BalasHapusNice info, bro, tapi lebih nice lg klo disertakan referensinya... (y)
BalasHapusrefrensinya bang?
BalasHapusDaftar pustakanya mana
BalasHapusHarrah's Cherokee Casino & Hotel - Mapyro
BalasHapusFind the location for 군산 출장마사지 Harrah's 동두천 출장안마 Cherokee 부천 출장샵 Casino & Hotel in 광양 출장샵 Cherokee, 창원 출장마사지 NC. Complete casino information including address, telephone number, map and more.